Tuesday, May 15, 2018

Padang Lamun, Rumah Mereka untuk Kita


           Padang Lamun, Dugong, dan Peranan Masyarakat dalam Pelestariannya


            Indonesia merupakan surga tropis untuk kehidupan dugong (duyung) dan lamun, guys. Sudah tahu belum apa itu lamun, manfaatnya dan hubungannya dengan kita? Yuk ah, sebagai orang Indonesia yang peduli lingkungan mari kita bahas satu persatu yuk ^_^
            Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga, yang hidup di pesisir. Di banyak tempat, lamun mencakup area luas di dasar laut sehingga disebut Padang Lamun. Lamun juga hidup di daerah pasang surut seperti mangrove dan terumbu karang. Lamun memiliki fungsi dalam menahan gelombang laut, melindungi pantai dari abrasi, menangkap dan menstabilkan sedimen sehingga air menjadi lebih jernih. Lamun diteliti dapat menyerap karbon. Penafsirannya, satu hektar lamun dapat menyerap racun yang ada di udara dari hasil pembakaran 800 ribu punting rokok.  
            Lamun juga merupakan salah satu makanan dari salah satu mamalia laut yang terkenal dengan nama Dugong, atau biasa kita sebut dengan duyung. Selain dugong juga banyak spesies lain yang mempunyai habitat di lamun, seperti ikan kakap, baronang, penyu hijau, dll.
            Dugong dalam bahasa Tagalog, yaitu bahasa yang sering digunakan orang Filipina, artinya Lady of the Sea / Nyonya Laut. Nama ini sendiri dikarenakan bentuk dugong yang mirip dengan legenda putri duyung yang sudah terkenal di antara kita.

            Dugong merupakan 1 dari 35 jenis mamalia laut. Hewan laut yang mampu menahan nafas dalam air selama 20 menit. Panjang usianya kisaran maksimum 70 tahun, panjang 3 meter dengan bobot kurang lebih 450 kg. Periode kehamilan 13-15 bulan, dengan masa laktasi 16-18 bulan. Usia sebelum breeding (jantan) : 10-16 tahun, sementara usia sebelum breeding (betina) : 10-17 tahun.

            Dugong telah diburu selama ribuan tahun untuk diambil daging, minyak bahkan air matanya. IUCN (International Union for Conservation of Nature ) mencantumkan dugong sebagai spesies yang terancam punah. UU no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan UU no 31 tahun 2004 tentang Perikanan merupakan Undang-Undang yang melindungi dan melarang perburuan satwa yang dilindungi termasuk dugong. Siklus reproduksi dugong sangat lambat dan memerlukan waktu 6 tahun atau lebih untuk dugong betina melahirkan satu anak.
            Lamun dan dugong mempunyai sebuah hubungan saling menguntungkan yang bernama simbiosis mutualisme. Worlwide conservation organization (e.g. Seagrass watch)  melaporkan penurunan padang lamun karena pestisida yang terkandung dalam air dari limbah industry.
            Penurunan lamun juga merupakan ancaman kritis bagi dugong. Kurang gizi karena kurang makan bisa membuat dugong berhenti bereproduksi. Karena berdasarkan data dari LIPI, 2017, dikatakan bahwa dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya terdapat 5 % yang sehat. Bila lamun rusak  maka kehidupan duyung sebagai spesies yang dilindungi juga terancam punah.
            Begitupun dengan lamun yang diuntungkan dengan keberadaan dugong. Sebagai mamalia laut, adanya dugong sangat penting bagi suatu ekosistem padang lamun. Karena kehadiran dugong menandakan wilayah perairan yang subur. Hal tersebut karena dugong punya peran besar dalam membantu siklus nutrient lamun. Kotoran dugong juga bermanfaat untuk bahan tumbuh kembangnya lamun. Karena itu peran dugong sangat besar untuk keberlangsungan padang lamun yang juga merupakan habitat dan tempat berlindung untuk ikan-ikan dan makhluk hidup laut lainnya.
            Sekarang pun karena keberadaan dugong yang semakin mengkhawatirkan dengan adanya penurunan populasi dikarenakan penangkapan illegal oleh masyarakat. Langkah untuk memulai pengelolaan Konservasi Dugong pun semakin ditingkatkan. WWF Indonesia memulai kerjasama dengan Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB memulai program Konservasi Dugong dan Lamun (Dugong and Seagrass Conservation Project / DSCP) di Indonesia sejak tahun 2006.

            Sekarang kembali ke diri kita masing-masing sebagai individu yang peduli lingkungan, apa yang bisa kita lakukan?
1. Bila kita melakukan wisata, sebaiknya jangan buang sampah sembarangan ke laut, tetap jaga kebersihan laut kita. Ingat, pencemaran air laut dapat merusak habitat tanaman di laut termasuk salah satunya adalah lamun.
2. Jangan membuang limbah atau kotoran ke sungai yang lambat laun mengalir ke laut
3. Menghindari penangkapan ikan yang berlebihan dengan menggunakan bom atau pukat harimau. Hal tersebut dapat membuat ekosistem laut menjadi rusak.
4. Mendukung program pemerintah dalam hal pengelolaan konservasi lamun dan dugong ini. Jangan ikut-ikutan memburu dugong ya, kasihan kan mereka. Dugong itu makhluk yang lembut loh, walaupun lumayan juga kalau kena hempasannya (450 kg!) hihihih….


   Demikian sekilas tentang padang lamun dan dugong. Semoga tetap terjaga keseimbangan ekosistemnya yah untuk Indonesia yang lebih baik!

Sumber : DSCP Indonesia, savethedugong.org, mediaindonesia

8 Hari Sebelum Natal

Melihat ke bulan Januari 2021 sampai dengan saat ini. Merefleksikan diri, dan memahami semua yang terjadi. Banyak salah, aku ingin memperbai...