Padang Lamun,
Dugong, dan Peranan Masyarakat dalam Pelestariannya
Indonesia merupakan surga tropis
untuk kehidupan dugong (duyung) dan lamun,
guys. Sudah tahu belum apa itu lamun, manfaatnya dan hubungannya dengan
kita? Yuk ah, sebagai orang Indonesia yang peduli lingkungan mari kita bahas
satu persatu yuk ^_^
Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga, yang hidup di pesisir. Di
banyak tempat, lamun mencakup area luas di dasar laut sehingga disebut Padang Lamun. Lamun juga hidup di
daerah pasang surut seperti mangrove
dan terumbu karang. Lamun memiliki fungsi dalam menahan gelombang laut,
melindungi pantai dari abrasi, menangkap dan menstabilkan sedimen sehingga air menjadi
lebih jernih. Lamun diteliti dapat menyerap karbon. Penafsirannya, satu hektar
lamun dapat menyerap racun yang ada di udara dari hasil pembakaran 800 ribu
punting rokok.
Lamun juga merupakan salah satu
makanan dari salah satu mamalia laut yang terkenal dengan nama Dugong, atau
biasa kita sebut dengan duyung. Selain dugong juga banyak spesies lain yang
mempunyai habitat di lamun, seperti ikan kakap, baronang, penyu hijau, dll.
Dugong dalam bahasa Tagalog, yaitu
bahasa yang sering digunakan orang Filipina, artinya Lady of the Sea / Nyonya Laut. Nama ini sendiri dikarenakan bentuk
dugong yang mirip dengan legenda putri duyung yang sudah terkenal di antara
kita.
Dugong merupakan 1 dari 35 jenis
mamalia laut. Hewan laut yang mampu menahan nafas dalam air selama 20 menit.
Panjang usianya kisaran maksimum 70 tahun, panjang 3 meter dengan bobot kurang
lebih 450 kg. Periode kehamilan 13-15 bulan, dengan masa laktasi 16-18 bulan.
Usia sebelum breeding (jantan) : 10-16 tahun, sementara usia sebelum breeding
(betina) : 10-17 tahun.
Dugong telah diburu selama ribuan
tahun untuk diambil daging, minyak bahkan air matanya. IUCN (International Union for Conservation of
Nature ) mencantumkan dugong sebagai spesies yang terancam punah. UU no. 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan UU
no 31 tahun 2004 tentang Perikanan merupakan Undang-Undang yang melindungi dan
melarang perburuan satwa yang dilindungi termasuk dugong. Siklus reproduksi
dugong sangat lambat dan memerlukan waktu 6 tahun atau lebih untuk dugong
betina melahirkan satu anak.
Lamun dan dugong mempunyai sebuah
hubungan saling menguntungkan yang bernama simbiosis
mutualisme. Worlwide conservation organization (e.g. Seagrass watch) melaporkan
penurunan padang lamun karena pestisida yang terkandung dalam air dari limbah industry.
Penurunan lamun juga merupakan
ancaman kritis bagi dugong. Kurang gizi karena kurang makan bisa membuat dugong
berhenti bereproduksi. Karena berdasarkan data dari LIPI, 2017, dikatakan bahwa
dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya terdapat 5 % yang sehat.
Bila lamun rusak maka kehidupan duyung
sebagai spesies yang dilindungi juga terancam punah.
Begitupun dengan lamun yang
diuntungkan dengan keberadaan dugong. Sebagai mamalia laut, adanya dugong
sangat penting bagi suatu ekosistem padang lamun. Karena kehadiran dugong menandakan
wilayah perairan yang subur. Hal tersebut karena dugong punya peran besar dalam
membantu siklus nutrient lamun. Kotoran dugong juga bermanfaat untuk bahan
tumbuh kembangnya lamun. Karena itu peran dugong sangat besar untuk
keberlangsungan padang lamun yang juga merupakan habitat dan tempat berlindung
untuk ikan-ikan dan makhluk hidup laut lainnya.
Sekarang pun karena keberadaan
dugong yang semakin mengkhawatirkan dengan adanya penurunan populasi
dikarenakan penangkapan illegal oleh masyarakat. Langkah untuk memulai
pengelolaan Konservasi Dugong pun semakin ditingkatkan. WWF Indonesia memulai
kerjasama dengan Direktorat Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB memulai program Konservasi Dugong
dan Lamun (Dugong and Seagrass
Conservation Project / DSCP) di Indonesia sejak tahun 2006.
Sekarang kembali ke diri kita
masing-masing sebagai individu yang peduli lingkungan, apa yang bisa kita
lakukan?
1. Bila kita melakukan wisata, sebaiknya
jangan buang sampah sembarangan ke laut, tetap jaga kebersihan laut kita.
Ingat, pencemaran air laut dapat merusak habitat tanaman di laut termasuk salah
satunya adalah lamun.
2. Jangan membuang limbah atau kotoran
ke sungai yang lambat laun mengalir ke laut
3. Menghindari penangkapan ikan yang
berlebihan dengan menggunakan bom atau pukat harimau. Hal tersebut dapat
membuat ekosistem laut menjadi rusak.
4. Mendukung program pemerintah dalam
hal pengelolaan konservasi lamun dan dugong ini. Jangan ikut-ikutan memburu
dugong ya, kasihan kan mereka. Dugong itu makhluk yang lembut loh, walaupun
lumayan juga kalau kena hempasannya (450 kg!) hihihih….
Demikian sekilas tentang padang lamun
dan dugong. Semoga tetap terjaga keseimbangan ekosistemnya yah untuk Indonesia
yang lebih baik!
Sumber : DSCP Indonesia,
savethedugong.org, mediaindonesia
No comments:
Post a Comment