Apa
yang bisa ditiru?
“Menurutmu
apa yang bisa ditiru dari Kartini?” dia bertanya padaku. Obrolan ringan
sebetulnya, hanya sambil jalan sepulang dari kantor. Jalanan ramai, padat,
penuh dengan kendaraan yang lalu lalang dan terkadang mengendap saking
macetnya.
Pertanyaan
simple ya, tapi aku sedikit lama menjawab. Entah karena efek terlalu lama di
depan komputer, kelaparan, atau pusing memikirkan tagihan bulanan. Hihihihih…..
Sejauh
ini, apa yang bisa kupikirkan tentang Kartini. Mendengarnya pun hanya dari
cerita, artikel yang ada maupun teks di buku sejarah.
R.A
Kartini, pahlawan nasional yang memperjuangkan hak kemerdekaan wanita di
Indonesia. Lahir pada tanggal 21 April 1879. Anak dari Raden Mas Adipati Ario
Sosroningrat, bupati Jepara di saat itu. Kartini lahir sebagai putri dari
keluarga ningrat dan cukup disegani saat itu.
Di
masa itu, banyak wanita yang tidak bisa bersekolah. Kartini berusaha
memperjuangkan hak wanita di Indonesia baik dalam pendidikan maupun kebebasan
dalam menuangkan pikirannya. Kartini diperbolehkan bersekolah sampai usia 12
tahun dan mulai dipingit sesudah itu. Dia dijodohkan ayahnya dengan bupati Rembang,
Joyodiningrat, yang sudah mempunyai tiga istri. Mereka menikah pada tanggal 12
November 1903. Hal yang bukan keinginannya, tapi dilakukan hanya untuk menuruti keinginan
ayahnya.
Keinginan membangun sekolah
diketahui dan didukung oleh suaminya, Joyodiningrat. Dia pun mendirikan sekolah
untuk perempuan di Rembang. Kartini melahirkan anak pertamanya pada 13
September 1904. Sayangnya Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan
anak pertamanya pada tanggal 17 September 1904.
Semasa hidupnya, Kartini belajar
sendiri. Dia banyak membaca, belajar bahasa Belanda dan mempunyai beberapa
sahabat pena dari Belanda. Salah satu suratnya adalah Habis Gelap Terbitlah
Terang.
Terinspirasi dari pejuang kita, RA
Kartini, keluarga Van Deventer pun mendirikan sekolah Kartini di Semarang pada
tahun 1912. Diikuti sekolah wanita di beberapa daerah lain seperti Surabaya,
Jogja, Malang, Madiun, Cirebon dan beberapa daerah lainnya.
“Jadi apa yang bisa ditiru dari
Kartini?” tanya temanku sekali lagi membuyarkan lamunan yang banyak mengalir di seisi kepalaku bagaikan sebuah film lama dengan nuansa hitam dan putih.
Aku tersenyum simpul. “Semangat
juang dan kegigihannya.” jawabku sambil melihat sesosok ibu yang sedang
menggandeng anaknya, nenek-nenek yang sedang berjualan es di pinggir jalan, dan
polwan yang sedang sibuk mengatur lalu lintas.
Kalau kamu gimana? Apa yang bisa
ditiru dari seorang Kartini?
Sumber : Wikipedia, kartini
No comments:
Post a Comment