Sepenggal Info Tentang Hewan yang Dilindungi di Indonesia (II)
6. Rusa Bawean (Bawean Deer)
Jumlah yang tersisa kurang lebih 250 ekor dengan masa hidup 17 tahun. Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) tahun 1977, rusa Bawean hanya ditemukan di pulau Bawean, Indonesia. Pulau Bawean merupakan pulau kecil, terpencil di laut Jawa dan merupakan kawasan yang termasuk daerah Gresik, Jawa Timur.
Habitat yang
terisolir dari kawasan lain tidak membuat populasi rusa Bawean menjadi stabil, malahan terancam menurun
karena pesatnya peningkatan populasi manusia di pulau Bawean.
Rusa bawean yang dijadikan maskot Asian Games 2018 ini
juga dikenal sebagai rusa babi. Berdasarkan data IUCN, spesies rusa bawean sudah
tergolong langka dan tergolong hampir punah. Hewan yang aktif di malam hari ini
(nocturnal) hidup dalam kelompok kecil.
Hewan ini dilindungi sejak zaman pemerintahan Hindia
Belanda. Hampir semua jenis rusa asli Indonesia telah dilindungi oleh
Ordonisasi dan UU Perlindungan Satwa Liar no. 134 dan 266 tahun 1931. Dan
diperkuat oleh Peraturan Pemerintah no.7 tahun 1999.
7. Harimau Sumatera (Sumatran Tiger)
Jumlah tersisa kurang
lebih 400 ekor. Masa hidup 20 – 25 tahun. Lama kehamilan 3,5 bulan dengan
jumlah sekelahiran kurang lebih 3-4 anak.
Harimau Sumatera merupakan
satu-satunya spesies harimau Indonesia yang masih bertahan, setelah kepunahan
harimau Jawa dan Bali. Warna yang khas adalah garis-garis hitam tebal pada bulu
oranye mereka. Ancaman terbesar bagi
populasi harimau Sumatera adalah perburuan liar dan deforestasi oleh industri
kelapa sawit dan kertas. Kawasan hutan di Sumatra dianggap belum cukup untuk
melindungi pelestarian mereka.
Siapapun yang tertangkap
dalam perburuan harimau bisa terkena sanksi penjara atau denda dengan jumlah
yang tidak sedikit sesuai aturan yang berlaku. Tetapi meskipun ada upaya
seperti itu, tetap saja ada perdagangan harimau beserta produk turunannya. Hal
ini tidak mengurangi tingkat perburuan harimau yang ada.
Sebagian besar harimau Sumatra dibunuh dengan sengaja
untuk keuntungan komersial. Penghancuran habitat memaksa harimau ke
daerah-daerah pemukiman untuk mencari makanan, di mana mereka lebih mungkin
mengalami konflik dengan manusia. Konflik manusia-harimau adalah masalah serius
di Sumatra. Orang-orang terbunuh atau terluka, dan ternak menjadi mangsa
harimau. Tindakan pembalasan oleh penduduk desa dapat menyebabkan terbunuhnya
harimau.
Habitat harimau Sumatera yang tersisa berada di area
perkebunan sawit Riau (Taman Nasional Bukit Tiga Puluh), kawasan Ekosistem
Leuser, Hutan Lindung Singgah Mata, Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan, juga
Taman Nasional Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Sumatera Utara.
8. Tapanuli Orang Utan (Orang Utan Tapanuli)
Jumlah yang tersisa kurang
dari 800 ekor. Masa hidup 35-45 tahun. Jumlah kelahiran hanya 1 ekor selama
masa periode kehamilan 9 bulan. Betina
biasanya bereproduksi sekitar 8-9 tahun sekali.
Orang Utan Tapanuli baru ditemukan dan dibedakan
klasifikasinya dari Orang Utan Sumatera pada tahun 2017. Namun, habitat mereka
di perbukitan Batang Toru dikabarkan terancam punah. Mereka hidup di hutan
pegunungan sekitar 1.000 kilometer persegi, di selatan Danau Toba di provinsi
Sumatera Utara.
Penyebab kepunahan terbesar mereka adalah pembuatan
kebun kelapa sawit dan penebangan pohon-pohon di hutan untuk dipakai sebagai
pemukiman warga. Induk juga kadang dibunuh oleh manusia, sehingga anaknya bisa
dijual secara illegal ke masyarakat untuk dijadikan hewan peliharaan.
Bahkan sekarang banyak perusahaan termasuk industri
pertanian dan pembangkit listrik yang beroperasi di daerah Tapanuli Tengah,
Utara dan Selatan. Hal tersebut yang dapat mengganggu habitat Orang Utan
Tapanuli dan harus dicegah untuk pengrusakan hutan lebih lanjut.
9. Owa Jawa (Javan Gibbon)
Jumlah yang tersisa kurang dari 2500 ekor. Masa hidup
35-50 tahun. Satu anak lahir setiap 3 tahun dengan masa kehamilan 7 bulan. Nama
lain : Silvery Gibbon.
Owa Jawa yang terancam punah merupakan hewan langka yang
sering diperjualbelikan dan diperdagangkan
secara illegal melalui pasar hewan maupun lewat online. Kebanyakan induk
dibunuh, sementara anaknya diperjual belikan untuk hewan peliharaan.
Owa Jawa merupakan hewan monogami dan hanya memiliki
satu pasangan seumur hidup. Mengambil satu owa Jawa bisa mempengaruhi
keberlangsungan hidup anggota keluarga yang lain. Tingkat stress mereka tinggi
bila ada salah satu anggota keluarga yang terbunuh.
Habitat Owa Jawa yang asli berada di Taman Nasional
Ujung Kulon, Halimun Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Maka itu
dilakukan patrol oleh penjaga hutan untuk mencegah perburuan liar serta
sosialisasi kepada masyarakat setempat.
Monitoring populasi, pembinaan habitat dengan ditanami
tanaman untuk pakan Owa Jawa juga merupakan salah satu cara melindungi habitat
Owa Jawa.
10. Biawak Pohon Tutul Biru ( Blue Spotted Tree Monitor)
Jumlah yang tersisa, belum diketahui. Masa hidup 15 tahun.
Nama lainnya adalah macraei atau
soa-soa. Habitat biawak ini berada di Pulau Batanta, Raja Ampat Papua dan
sekitarnya. Biawak ini aktif di siang hari dan menghabiskan banyak waktu di atas
pohon.
Ia menelurkan 3
telur dalam sekali produksi, waktu pengeraman telur sekitar 159 hari dan perlu temperatur
antara 29 dan 30 derajat celcius. Makanan utamanya adalah serangga seperti
belalang, jangkrik dan hewan yang sejenisnya. Pola biru yang unik pada sisiknya
membuat mereka banyak diminati oleh para kolektor reptil, dan bisa dibandrol
dengan harga setinggi langit, mencapai 1000 US dolar (10 juta rupiah) atau lebih.
Habitatnya hampir punah karena perburuan reptil ini masih
sering dilakukan, biasanya untuk dijual ke luar negeri dan dijadikan hewan
peliharaan. Namun pemerintah kini melarang perburuan biawak ini dan melindunginya
agar populasi biawak biru yang cantik ini tetap terjaga.
Sekarang, kenapa harus ikut repot menjaga kelestarian
hewan yang hampir punah ini? Kembali lagi ke pertanyaan di atas yah… Sekarang
kampanye ini nggak hanya diserukan oleh para aktivis pencinta lingkungan loh
guys... Malahan aktor sekaliber Leonardo Dicaprio juga ikut datang ke hutan
Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh. Dia datang untuk
menentang pembangunan perusahaan kelapa sawit yang akan mengganggu habitat gajah Sumatera, sebagai salah satu hewan yang
terancam punah.
Nah jadi kalau kembali lagi ke diri kita masing-masing.... bagaimana cara
kita memandang alam dan lingkungannya sebagai ciptaan Tuhanlah yang akan
membuat kita lebih peduli pada hewan-hewan ciptaanNya. Beberapa diantaranya yang bisa kita lakukan adalah
tidak ikut memelihara hewan yang dilindungi, ikut mengkampanyekan perlindungan
satwa yang hampir punah, tidak mencemari lingkungan dengan bahan kimia dan zat
lainnya, tidak menebang pohon secara
sembarangan, tidak mencemari lingkungan sekitar, mengurangi penggunaan
plastik karena sampah plastik menyebabkan pencemaran lingkungan dan juga
mengurangi pemakaian tissue karena berasal dari pohon.
So guys, lets save our planet! Percaya deh kalau apapun yang kamu lakukan dengan segenap hati tidak akan pernah sia-sia ;)